Assalamualaikum.Wr.Wb Selamat Datang Di Blog Kami!!!Join Group Facebook kita dengan keyword: biar gini, gue tetep inget Allah choy... Biar Gini, Gue Tetep Inget Allah Choy!!!: 2010
Powered By Blogger

renungan hidup

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saatterakhir untuk event yangmenyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

The Best Collection of Motivation Articles. "Motivational Stories", "Inspirational Stories". Mudah-mudahan bermanfaat.

surat untuk cintaku

Sebenarnya surat ini ingin kukirimkan kepadamu wahai engkau yang mampu melumpuhkan hatiku. Surat ini ingin kuselipkan dalam satu kehidupanmu, namun aku hanya lelaki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan semua percikan-percikan rasa yang terjadi dalam hatiku. Aku hanya dia yang engkau anggap tidak lebih, aku hanya merasa seperti itu.

Assalamu’alaikum wahai engkau yang melumpuhkan hatiku

Tak terasa dua tahun aku memendam rasa itu, rasa yang ingin segera kuselesaikan tanpa harus mengorbankan perasaan aku atau dirimu. Seperti yang engkau tahu, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha tidak acuh padamu. Saat di depanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal walau perlu usaha untuk mencapainya.

Takukah engkau wahai yang mampu melumpuhkan hatiku? Entah mengapa aku dengan mudah berkata “cinta” kepada mereka yang tak kucintai namun kepadamu, lisan ini seolah terkunci. Dan aku merasa beruntung untuk tidak pernah berkata bahwa aku mencintaimu, walau aku teramat sakit saat mengetahui bahwa aku bukanlah mereka yang engkau cintai walaupun itu hanya sebagian dari prasangkaku. Jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut engkau akan menjadi “illah” bagiku, karena itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke dalam, mendorong lagi, dan lagi hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan dan lonjakan yang membuatku semakin tidak mengerti.

Sakit hatiku memang saat prasangkaku berbicara bahwa engkau mencintai dia dan tak ada aku dalam kamus cintamu, sakit memang, sakit terasa dan begitu amat perih. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyummu adalah sesuatu yang berarti bagiku. Ketentramanmu adalah buah cinta yang amat teramat mendekap hatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah.

Wahai engkau yang melumpuhkan hatiku, andai aku boleh berdoa kepada Tuhan, mungkin aku ingin meminta agar Dia membalikkan sang waktu agar aku mampu mengedit saat-saat pertemuan itu hingga tak ada tatapan pertama itu yang membuat hati ini terus mengingatmu. Jarang aku memandang wanita, namun satu pandangan saja mampu meluluhkan bahkan melumpuhkan hati ini. Andai aku buta, tentu itu lebih baik daripada harus kembali lumpuh seperti ini.

Banyak lembaran buku yang telah kutelusuri, banyak teman yang telah kumintai pendapat. Sebahagian mendorongku untuk mengakhiri segala prasangku tentangmu tentang dia karena sebahagian prasangka adalah suatu kesalahan,mereka memintaku untuk membuka tabir lisan ini juga untuk menutup semua rasa prasangmu terhadapku. Namun di titik yang lain ada dorongan yang begitu kuat untuk tetap menahan rasa yang terlalu awal yang telah tertancap dihati ini dan membukanya saat waktu yang indah yang telah ditentukan itu (andai itu bukan suatu mimpi).

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin aku bukanlah pejantan tangguh yang siap untuk segera menikah denganmu. Masih banyak sisi lain hidup ini yang harus ku kelola dan kutata kembali. Juga kamu wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kamu yang dengan halus menolak diriku menurut prasangkaku dengan alasan belum saatnya memikirkan itu. Sungguh aku tidak ingin menanggung beban ini yang akan berujung ke sebuah kefatalan kelak jika hati ini tak mampu kutata, juga aku tidak ingin BERPACARAN denganmu.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin saat ini hatiku milikmu, namun tak akan kuberikan setitik pun saat-saat ini karena aku telah bertekad dalam diriku bahwa saat-saat indahku hanya akan kuberikan kepada BIDADARI-ku. Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tolong bantu aku untuk meraih bidadari-ku bila dia bukanmu.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tahukah kamu betapa saat-saat inilah yang paling kutakutkan dalam diriku, jika saja Dia tidak menganugerahi aku dengan setitik rasa malu, tentu aku telah meminangmu bukan sebagai istriku namun sebagai kekasihku. Andai rasa malu itu tidak pernah ada, tentu aku tidak berusaha menjauhimu. Kadang aku bingung, apakah penjauhan ini merupakan jalan yang terbaik yang berarti harus mengorbankan ukhuwah diantara kita atau harus mengorbankan iman dan maluku hanya demi hal yang tampak sepele yang demikian itu.

Aku yang tidak mengerti diriku…

Ingin ku meminta kepadamu, sudikah engkau menungguku hingga aku siap dengan tegak meminangmu dan kau pun siap dengan pinanganku?! Namun wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kadang aku berpikir semua pasti berlalu dan aku merasa saat-saat ini pun akan segera berlalu, tetapi ada ketakutan dalam diriku bila aku melupakanmu... aku takut tak akan pernah lagi menemukan dirimu dalam diri mereka-mereka yang lain.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, ijinkan aku menutup surat ini dan biarkan waktu berbicara tentang takdir antara kita. Mungkin nanti saat dimana mungkin kau telah menimang cucu-mu dan aku juga demikian, mungkin kita akan saling tersenyum bersama mengingat kisah kita yang tragis ini. Atau mungkin saat kita ditakdirkan untuk merajut jalan menuju keindahan sebahagian dari iman, kita akan tersenyum bersama betapa akhirnya kita berbuka setelah menahan perih rindu yang begitu mengguncang.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mintalah kepada Tuhan-mu, Tuhan-ku, dan Tuhan semua manusia akhir yang terbaik terhadap kisah kita. Memintalah kepada-Nya agar iman yang tipis ini mampu bertahan, memintalah kepada-Nya agar tetap menetapkan malu ini pada tempatnya.

Wahai engkau yang sekarang kucintai, semoga hal yang terjadi ini bukanlah sebuah DOSA.
Wassalam

Oleh : Muhammad Baiquni

WWW.DUDUNG.NET

Mengukur Ikhlas Kita

Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niatnya dan tiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka ia akan mendapatkan pahala hijrah karena Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka ia dalam hijrahnya itu ia hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari-Muslim)

Setiap amal bergantung kepada niatnya. Yup, benar banget. Niatnya pun kudu ikhlas karena ingin mengharap keridhoan Allah Swt. semata. Hmm.. kudu ikhlas ya? Waduh, kayaknya kata itu buat kita jadi makin asing neh. Bukan kenapa-kenapa, susah juga nemuin orang yang mau ikhlas di jaman sekarang. Segalanya diukur dengan duit, dengan harta benda, ketenaran, cari muka dan sejenisnya. Iya, maksudnya kalo kita mau nolong orang kadang yang kepikiran: nih orang mau ngehargai gue nggak sih; orang ini kalo gue bantu mau balas jasa nggak ke gue; kalo gue menolong dia nama gue harum nggak sih; kalo gue nolong orang ini, kira-kira berapa gue dibayar; dan seabreg pikirin lainnya yang ujungnya itung-itungan deh.

Bro en Sis, secara teori udah banyak orang yang jelasin. Seperti kata teori pula, kayaknya gampang untuk bisa ikhlas. Tapi praktiknya, duh kita bisa rasakan sendiri gimana susahnya jaga hati dan jaga pikiran biar ikhlas kita nggak ternoda. Soalnya, ada aja celah yang bisa bikin kita melenceng dari niat awal dalam berbuat. Awalnya sih insya Allah bakalan ikhlas, eh nggak tahunya di tengah jalan ada yang godain kita supaya nggak ikhlas. Halah, gawat bener kan?

Sobat muda muslim, sekadar ngingetin memori kita, dalam Islam ikhlas ternyata mendapat perhatian khusus lho. Soalnya, ini erat kaitannya dengan amal perbuatan kita dan keimanan kita kepada Allah Swt. Jangan sampe deh kita beramal diniatkannya bukan karena perintah Allah Swt. atau bukan karena ingin mendapat ridho Allah Swt. Kalo sampe diniatkan dalam beramal karena ingin dipuji manusia gimana tuh? Duh, nggak tega deh saya nyebutinnya. Soalnya, tuh amal nggak bakalan ada bekasnya alias nggak mendapat ridho Allah Swt. Amal kita jadi sia-sia, Bro. Ih, nggak mau kan kita beramal tapi nggak dapat pahala? Amit-amit deh!

Bro en Sis, ikhlas adalah melakukan amal, baik perkataan maupun perbuatan ditujukan untuk Allah Ta’ala semata. Allah Swt. dalam al-Quran menyuruh kita ikhlas, seperti dalam firmanNya (yang artinya): “dan (aku telah diperintah): “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Yunus [10] :105)

Rasulullah saw, juga ngingetin kita melalui sabdanya (yang artinya), “Allah tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.” (HR Abu Daud dan Nasa’i)

Imam Ali bin Abu Thalib r.a juga berkata, “orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amal diterima oleh Allah.”

Bro, sekadar tahu aja bahwa ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seseorang nggak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Firman Allah Swt (yang artinya): Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS al-An’aam [6]: 162)

Allah Swt. juga berfirman dalam ayat lain (yang artinya), “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS al-Bayyinah [98]: 5)

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu nggak heran kalo Ibnu Qayyim al-Jauziyah ngasih perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau menulis, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Bro, lawannya ikhlas itu adalah ujub dan riya’. Itulah sebabnya orang yang sekaliber Umar bin Abdul ‘Aziz r.a. pun sangat takut akan penyakit riya’. Ketika ia berceramah kemudian muncul rasa takut dan penyakit ujub, segera ia memotong ucapannya. Dan ketika menulis karya tulis dan takut ujub, maka segera merobeknya. Subhanallah!

Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengomentari ayat kedua dari surat al-Mulk (liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalaa), bahwa maksud dari amal yang ihsan (paling baik) adalah amal yang akhlash (paling ikhlas) dan yang ashwab (paling benar). Ada dua syarat diterimanya amal ibadah manusia, ikhlas dan benar. Amal perbuatan, termasuk ibadah yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan syariat Islam, maka amal tersebut tidak akan diterima Allah. Begitu juga sebaliknya, jika perbuatan dan ibadah dilakukan sesuai dengan syariat, tetapi yang melaksanakannya tidak semata-mata ikhlas karena Allah, maka amalnya tidak diterima.

Ikhlaskah kita?

Ikhlaskah kita jika beramal tapi ngarepin imbalan materi? Ah, kamu pasti bisa menilai sendiri deh. Iyalah. Misalnya nih, kalo ortu kamu minta tolong sama kamu untuk belanja kebutuhan dapur ke warung dekat rumah, kemudian kamu minta imbalan ke ortu kamu, ati-ati lho. Itu bisa termasuk nggak ikhlas kamu berbuat. Sebaiknya lurus-lurus aja. Nggak ngerasa ada ruginya alias nothing to lose, gitu lho. Mau dapet materi apa nggak dari apa yang kita usahain, kita nggak peduli. Nolong aja. Apalagi itu sama ortu. Jangan sampe deh ketika ortu minta tolong, eh kita malah pake tarif segala: Jauh-dekat Rp 2000 (idih, emangnya naik angkot!).

Bro, kalo kebetulan kamu ditunjuk jadi ketua OSIS atau ketua Rohis, nggak usah ngarepin materi dari jabatan yang kamu sandang. Kalo kamu beranggapan bahwa dengan menjadi ketua OSIS kamu bakalan bisa dengan mudah narikin iuran dari siswa terus kamu bisa memperkaya diri, wah itu namanya bukan cuma nggak ikhlas tapi udah melakukan penyalahgunaan jabatan.

Bro, meski kita nggak ngarepin imbalan secara materi, tapi yakin deh bahwa apa yang kita lakukan pasti mendapat ganjaran kebaikan lain di sisi Allah Swt. Jadi, nothing to worry about alias nggak perlu cemas dengan jaminan kebaikan dalam bentuk lain yang Allah berikan sebagai ‘imbalan’ atas keikhlasan kita. Intinya sih, jangan ngarepin imbalan dari manusia, cukup ridho dari Allah Ta’ala aja yang kita harepin. Setuju kan?

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik ra., ia berkata: Aku pernah berjalan bersama Rasulullah saw. Beliau mengenakan selendang dari Najran yang kasar pinggirnya. Tiba-tiba seorang badui berpapasan dengan beliau, lalu menarik selendang beliau dengan kuat. Ketika aku memandang ke sisi leher Rasulullah saw. ternyata pinggiran selendang telah membekas di sana, karena kuatnya tarikan. Orang itu kemudian berkata: Hai Muhammad, berikan aku sebagian dari harta Allah yang ada padamu. Rasulullah saw. berpaling kepadanya, lalu tertawa dan memberikan suatu pemberian kepadanya. (HR Muslim)

Subhanallah, Rasulullah saw. malah memberikan harta (berinfak), padahal orang badui itu memintanya dengan kasar. Tapi itulah Rasulullah saw. sudah mengajarkan kepada umatnya bahwa beramal baik harus ikhlas dan tanpa pertimbangan untung-rugi lagi. Hebat kan, Bro?

Oya, keikhlasan kita juga akan diuji saat kita merasa ingin dilihat oleh orang lain, lho. Kalo mikirin hawa nafsu sih, kadang kita kepikiran ya pengen dilihat oleh teman kita ketika kita berbuat sesuatu. Ketika masukkin duit ke keropak di masjid, kita bahkan kepengin banget diliatin ama temen di sebelah kita. Emang sih, duitnya kita tutupi dengan tangan satunya saat masukkin ke keropak yang diedarkan di masjid kalo ada acara di sana. Apalagi kalo sampe terbersit di pikiran dan hati kita akan adanya decak kagum dari teman yang ngeliat amal kita, “subhanallah ya, dia rajin shadaqahnya”. Duh, itu bisa menodai amalan kita, Bro. Emang nggak mudah berbuat ikhlas ya. Tapi bukan berarti nggak bisa dilakukan.

Saat tampil jadi imam shalat, dan kebetulan bacaan al-Quran kita maknyus alias enak didengerin sama jamaah lain, jangan sampe deh kita punya pikiran ingin dianggap paling hebat. Apalagi kalo sampe diam-diam kita malah mengagumi diri sendiri, “orang lain nggak ada yang bisa kayak saya. Mereka pantas memilih saya jadi imam shalat”. Ah, ngeri deh. Ngeri kalo amalan kita bakalan nguap begitu aja. Insya Allah cara shalatnya sih bener asal ngikutin aturan yang udah ditetapkan dalam fiqih, tapi persoalan niat yang ada di pikiran dan hati bisa merusak amalan baik kita. Bener lho. Gara-gara nggak ikhlas, amal kita jadi sia-sia. Karena kita lebih ngarepin agar diliat oleh orang daripada ingin diliat sama Allah Swt.

Bro en Sis, emang sih kita bisa merasakan langsung kalo targetnya ingin diliat orang. Begitu suara kita mengalun manis dan easy listening saat mendendangkan nasyid terbaru dan kemudian para jamaah penonton konser nasyid tingkat RT yang kita ikutin itu bersorak gembira dan mengelu-elukan kita, pasti deh ada aja sedikit rasa jumawa en bangga diri (gue gitu, lho!). Awalnya sih boleh-boleh aja kita merasa ingin dihargai orang lain. Wajar kok. Tapi yang nggak wajar adalah kita merasa harus memposisikan diri selalu ingin dihargai dan dihormati. Kalo nggak dihargai ngambek dan kecewa. Nah, yang bisa merusak amal kita adalah karena niat yang udah tercemar “ingin selalu diliat orang”. Padahal, menjadi “dilihat orang” adalah efek samping, bukan tujuan kita dalam berbuat/beramal. Orang yang sering tampil dimuka umum wajar atuh kalo akhirnya dikenal. Tul nggak sih?

Muhasabah diri

Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18)

Ayat ini merupakan isyarat untuk melakukan muhasabah setelah amal berlalu. Karena itu Umar bin Khaththab ra berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab” (Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin (terj.), hlm. 478)

Muhasabah di sini artinya senantiasa memeriksa diri kita sendiri. Sudah sejauh mana sih yang kita raih dalam beramal baik. Sudah banyak nggak pahala yang kita perbuat, atau jangan-jangan malah sebaliknya kedurhakaan yang mengisi penuh pundi-pundi amal yang bakalan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah?

Yuk, kita bareng-bareng meningkatkan kualitas amalan kita dan memperbanyak amal shaleh. Senantiasa ikhlas, bersabar, dan bersyukur kepada Allah Swt. Nggak jamannya lagi mengingkari kelemahan kalo sejatinya kita emang lemah dan nggak mampu. Juga nggak perlu malu mengakui kesalahan jika memang kita salah. Jangan menyerang orang lain yang kita tuding sebagai biang kesalahan kita, tapi kita melakukan interospeksi diri. Sebab, kita hidup bersama orang lain. Dan kita memang saling membutuhkan satu sama lain. Kita juga pasti butuh kepedulian dari orang lain (termasuk kita sendiri harus peduli dengan orang lain). Itu sebabnya, kita harus ikhlas menerima teguran dan nasihat dari teman kita. Jangan merasa terhina jika dinasihati. Tapi sebaliknya, merasa diistimewakan karena selalu diingatkan.

Nikmati dunia ini dengan cara yang benar dan tuntunan yang sesuai ketetapan Allah Swt. dan RasulNya. Tak perlu khawatir, karena semua yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita adalah demi kebaikan kita. Tetaplah kita bersama Allah Swt. dan RasulNya. Jalani hidup dengan ikhlas, insya Allah nikmat, bahagia, tanpa perlu merasa was-was. Ikhlas menjadikan kita lebih terhormat di hadapan Allah Swt., juga menjadikan orang lain berusaha mencontoh pribadi kita yang baik. Semoga, kita semua bisa menjadi hamba-hamba Allah Swt. yang senantiasa ikhlas menghadapi berbagai kenyataan hidup sembari berdoa memohon ampun dan pertolongan kepada Allah Swt. Kita muhasabah diri: seberapa ikhlaskah kita? Hanya kita yang mampu menjawabnya. Interospeksi yuk! [solihin: osolihin@gaulislam.com | http://osolihin.com/]

ada cinta di juang KAPMI

sobat, telah banyak kita lewati segala rintangan yang dipenuhi dengan fenomena hidup yang kita rasakan. namun yakinlah bahwa semua ini adalah bukti kasih sayang Allah terhadap seorang hambanya sehingga ia menguji kita dengan segala nikmat dan dukaNya agar kita dapat berfikir cerdas dalam menghadapi segala rintangan menuju taqwa yang lika-likunya tidak akan bisa terhitung banyaknya. namun, berharaplah setiap bangun dan tidurnya kita selalu mengharapkan berada disisiNya hingga kita terjauhi dari segala sifat yang dibenci oleh Allah swt.

kini kan ku lunturkan media elektronik ini dengan penuh celotehan yang kerap ku rasakan. bukan bermaksud pamer, namun segala lembaran hitampun sangat kita butuhkan dalam hidup ini untuk selalu mengingat betapa buruknya lembaran hitam kita yang harus kita jadikan sebagai pemicu hidup untuk meningkatkan taqwa, taqwa, dan taqwa.

berawal dari kenistaan, kini ku hadir ditengah-tengah manusia pecinta peradaban. bayangkan kawan, walaupun mereka pelajar namun yang dipikirnya bukanlah " kapan kita main, bersenang sendu dan bercanda gurau" layaknya pelajar masa kini. melainkan merekalah yang peduli memikirkan masa depan pelajar baik buruknya untuk generasi kedepan itu sendiri walaupun mereka hanyalah seorang pelajar biasa yang ingin menjadi luar biasa tentunya. di lain sisi, mereka adalah pelajar yang terlalu tua karena banyak diantara mereka yang telah beruban sebelum memasuki masa tuanya dan selalu menampakkan sinar aura wajah cerah mereka yang dipenuhi dengan kerutan kecemasan dimukanya.

itulah KAPMI, ternyata, persepsiku selama ini terhadap pelajar salah. awalnya kuberpikir, " hari gini ada pelajar yang bener itu udah ga mungkin. apalagi peduli agamanya. sholat aja jarang".. namun semua pernyataan ini terbantah pula oleh pelajar-pelajar the spirit of generation di KAPMI. setelah sekian lama ku pegang persepsi itu dan bahkan mengira-ngira bahwa dizaman yang serba munafik ini sudah tak mungkin ada lagi pahlawani dimuka bumi ini kecuali di Palestina sana. karena kebanyak sekali orang yang menyatakan dirinya punya hati nurani namun kebanyakan berbuat baik karena ada maunya. tapi semua itu telah pudar karena kepemudaan KAPMI yang selalu mengharap untuk menjadi generasi robbani dizaman yang serba aneh ini.

beranjak diamabang kepiluan yang selalu menjelma didalam raga ini membuat jari-jemari yang mungil ini tak kuasa ingin menuliskan ribuan kata cinta, sayang, haru, dan duka yang selama ini mereka hadapi. semoga dengan semua ini kita mengerti akan keberadaan mereka yang berada di alam bebas namun bermataforgakan medan perang dilembah perjuangan.

sobat, tahukah kamu. sejuta kenangan telah tercipta didalam mata rantai yang kerap binarnya takkan henti ini. penuh dengan duka yang sangat mengharukan. namun duka yang selama ini mereka rasakan selalu ditaburi dengan cinta rasa kebersamaan. merekalah seorang pejuang, dengan lantangnya menegakkan kebenaran ditengah-tengah peradaban. bergemuruh bersama bersatu padu dengan segala kondisi apapun mereka takkan pernah henti menyerukan kebenarannya dengan derap perjuangan yang telah mendarah daging didalam hati seorang pejuang yang selalu menggebu-gebu hatinya tanpa ragu.

terkadang mereka adalah sang bolang ditengah malam. dengan memakai pakaian perjuangan putih abu-abunya bagi mereka takkan pernah luntur semangatnya meski terkadang harus mereka relakan tengah malamnya berada dijalan dengan semangat melangkahkan kakinya ditengah kota metropolitan yang penuh dengan kebisingan. terkadang merekapun merelakan tidur panjangnya hanya untuk membangun satu rumpun perjuangan hingga merekapun terpaksa hanya bisa tertidur didalam bis kota yang penuh dengan debu dan usang ketika pulang dan pergi sekolah. tak ada ongkos, jalanpun jadi. itulah prinsip yang mereka bangun demi membangun martabat anak bangsa yang lebih cerah. kiloan meterpun tak akan membuatnya lelah, gelisah, dan gundah walau sesekali kakinya sakit. namun justru didalam kiloan meter itulah mereka berharap, "agar disetiap langkah ini ku selalu mengharap Ridho dan pahalaMu ya Allah"..

tangisan cinta selalu menaburi kisah yang baru diantara mereka. disaat banyak diantara kita yang Allah sedang uji dia dengan musibah namun tetap takkan pernah luntur hatinya demi berjuang. sakit bukan alasan, karena sampai titik darahpun akan mereka korbankan didalam perjuangan.

dilain sisi, sering sekali rasa gembira ditampakkan oleh wajah-wajah kusam mereka, canda tawanyapun layaknya seorang pejuang sejati. memang berat menegakkan Izzah Islam dimukabumi ini, tapi ada harapan untuk melewati zona ini. 

dengan impian syurga, tanpa ragu mereka mengorbankan harta jiwanya walau terkadang mereka lupa akan dirinya sendiri. namun inilah perjuangan yang mereka lakukan untuk menjadi manusia yang mulia dengan harapan mereka dapat bertemu kembali di syurganya Allah yang begitu indah nanti.

merekalah berandalan sebenarnya. berandalan yang selama ini dicari-cari oleh polisi akibat ulah nekatnya yang berani menyorakkan kebenaran meski harus menyerukan di tengah-tengah pemerintahpun takkan menyuruti langkahnya. berandalan yang selalu mencari pahala disetiap saat tanpa kenal kondisi dan waktu mereka tetap mencari. berandalan yang terkadang narsis didepan didepan foto maupun sorotan media walau ketika itu penampilan hanya alakadarnya. baginya, meskipun pakaian cumplang-campling sekalipun akan mereka pakai asalkan menutup aurat ketimbang pakaian mahal hasil profesi korupsi.

itulah KAPMI.. satu perjuangan dari brother..

Syukur Pada Yang Esa
Rahmat PemberianNya
Persaudaraan, Keharmonian

Jalinkan Kasih Sayang
Hulurkanlah Bantuan
Kepada Yang Memerlukannya

Mari Kita Bina Satu Ummah Majujaya
Mula Diri, Keluarga, Sahabat
Masyarakat Dan Negara

Dengan Satu Perjuangan
Satu Arah Tujuan
Di Bawah Rahmat Yang Esa

Kita Melangkah Seiringan
Satu Perjuangan

Rintangan Pasti Melanda
Jangan Undur Walau Selangkah
Teruskan Perjuangan
Hingga Ke Akhirnya
Andai Kau Gugur
Andai Kau Syahid
Kau DiridhaiNya


lagu inilah yang membuat ku teringat dengan semangat juang yang dipancarkan KAPMI. kondisi yang selalu kita rasakan karena satu perjuangan telah membuahkan semangat cinta diantara kita. tangisan yang kau keluarkan untuk sahabat, akan menjadi saksi ditengah terjang curamnya jalan dakwah yang selama ini kalian cari. jadilah bunga-bunga peradaban yang selalu memberikan keharuman nama baik generasi bangsa ini. buktikan bahwa kitalah manusia biasa yang tak pernah menyerah mengingat dosa hingga akhirnya kita takut pada neraka hingga akhirnya cita menjadi manusia yang hanya ingin mendekatkan diri pada sang Illahi.

bagaimana dengan KAPMI saat ini. mari bersama kita membangun kembali semua ini dengan penuh juang tanpa henti. yakinlah segala amanah adalah yang terbaik Allah berikan ke kita agar kita menjadi orang yang bertaqwa. jangan kau sia-siakan amanah ini tanpa kabar yang jelas terhadap sesama hingga akhirnya hanya kehancuran KAPMIlah yang kita ciptakan.

perjuangan tanpa henti mari kita tunjukkan kembali pada alam semesta ini yang lautannya membentang luas hingga seluruh alampun tersenyum oleh kita dan malaikatpun tak henti mendoakan kita agar selalu berada dijalan keridhoanNnya. hingga kita terlupa dengan segala amal yang kita perbuat agar rasa kebusungan dada tidak ada didalam hati serta jiwa raga ini. karena sebenarnya kita berada diambang kehancuran.


rapatkan barisan, kuatkan iman raih ketaqwaan.. kita kan mampu berjuang..


karya: Digdot FA

surat untuk sahabat.. (detik-detik menuju perpisahan kita dari dunia putih abu-abu)

indah nian kutapaki hidup bersama kalian.. meski terkadang kita tenggelam didalam dunia yang kelam.. bermain, bercengkram meraih asa menjadi suatu obsesi kita bersama.. selama tiga tahun ini kumerasakan aroma manisnya persahabatan yang kita jalin bersama.. ditengah kejamnya Jakarta kita masih dapat menjalin cinta.. ditengeh gemerlapnya dunia kita berjuang bersama meraih asa.. sungguh nikmatnya ku berpangku dengan para sahabat yang ku cinta ini.. 

canda tawa yang kita lantunkan adalah suatu sejarah yang telah kita ukir bersama disepanjang jalan terjang hidup yang kita lewati bersama.. semua duka cita, ria yang telah kita lewati telah menjadi sajak-sajak cinta didalam hati ini.. malam yang kita lalui bersama ditengah perjuangan yang suci telah menenggelamkan kita kedalam indahnya hidup.. 

begitu banyak kenangan yang telah kalian berikan sepanjang kita berada di zona kehidupan yang kelam.. zona yang membuat muka kita bertabur lebam.. tapi itulah bukti pengorbanan.. kita adalah segolongan kaum-kaum yang tertindas oleh zaman.. yang selalu hidup menelantar disiang malam.. mengarungi masjid-masjid yang menjadi tempat kita bertemu.. tidak sedikit marbot masjid yang mengusir kita ditengah pertemuan.. kita berlari secepat mungkin... bergandeng tangan.. berjabat merangkul.. berbagi kasih ditengah-tengah kota sejarah ini.. trotoar kota malam telah menjadi saksi perkumpulan kita yang mengarah pada sebungkus nasi yang kita beli bersama dengan nikmatnya kita memakan bersama hingga semua mata-mata malam terpana pada kita.. 

putih abu-abu yang selalu kita kenakan bukanlah suatu mode pendidikan.. namun inilah pakaian perjuangan yang telah mendarah daging selama tiga tahun ini.. sudah banyak debu-debu trotoar jalan, bis kota, yang menempel ditubuh kita telah menjadikan kita suatu sejarah olehnya.. 

kita bersorak sorai bersama.. hingga toa-toa jalanan terusik oleh kita.. mobil-mobil sedan bergumel melihat keberadaan kita yang sedang membahu gelora juang di sepanjang jalan.. tak sedikit orang-orang berharta menyandang kita pelajar murahan.. sedang simobil tua selalu mendukung kita untuk tetap bersorai meski datang malam gelap.. agar kita mampu membela.. mampu berbuat.. mampu bersikap.. menjadi pelajar yang sejati.. menjadi pelajar yang hakiki.. yang akan kita pertanggung jawabkan pada Illahi Robbi.. 

ternyata tidak selamanya kenangan indah itu terukir oleh teman sekolah.. buktinya, telah kita sandangkan sejarah arti sebuah sahabat dikekelaman zaman.. kita menyatukan visi.. berobsesi meraih mimpi dengan penuh cinta diantara kita.. meja empuk sekolah telah menidurkan kita akibat lelah yang kita peroleh selama berjalan bersama meraih mimpi.. 


kuberikan sebuah rasa ibaku padamu teman... yang selalu membuat ku iri pada kalian.. pada keimanan kalian.. tumpahkanlah iman kalian untuk dicicipi oleh saudara-saudara kita yang sedang kehausan iman.. biarlah jiwa kita terus berjuang.. yankinlah.. ajal yang akan memberhentikan kita bergelora bersama meraih asa.. 
kini tiba saatnya hari-hari yang akan kita lalui penuh dengan perpisahan.. namun bukan berarti sejarah kan hilang.. kini ku ingin kita kan tetap berkumpul bersama meski jasad kita kan terdampar dimana-mana.. jangan lupakan adik-adik kita.. berilah ia penejuk iman untuk selalu dapat berjuang demi keridhoan yang hakiki,.. 

meski kita jarang bertemu.. namun banyak ukiran cinta yang sudah menyatu diantara kita.. perpisahan bukanlah menjadi suatu alasan kita berhenti berjuang sobat.. 

semoga didalam perpisahan ini bisa menjadikan inspirasi hidup baru kita menapaki jejak cita yang telah kita impikan.. semoga Allah kan mempertemukan kita diJannahNya.. yang teramat indah untuk kita semua.. Amiin ya Robb...


karya: Digdot FA

Wanita Berpakaian Tetapi Telanjang (sebuah renungan untuk kaum hawa)

Wanita dalam pandangan Islam adalah makhluk yang istimewa. Keistimewaan yang dimiliki kaum wanita adalah daya tarik terhadap lawan jenisnya yang dimilikinya. Dengan keistimewaan ini lah Islam mengatur bagaimana cara kum wanita mengenakan pakaian.

Islam mengajarkan agar mereka memakai pakaian yang bisa menjaga kehormatan mereka, dan menjauhkan mereka dari fitnah. Namun akhir-akhir ini penampilan kaum wanita semakin memprihatinkan. Tak jarang pakaian yang mereka kenakan sangat menggoda. Betapa tidak, pakaian yang mereka kenakan berukuran mini. Kalaupun pakaian itu menutup sebagian besar tubuh mereka, ukuran yang mini itu menyebabkan kontur tubuh tampak dengan jelas. Yang lebih dahsyat lagi, adalah ketika pakaian yang mereka kenakan sudah berukuran mini, dan membuka sebagian besar anggota badan mereka. Pakaian seperti itu bukannya dikenakan tidak hanya di dalam rumah mereka, bahkan di jalan-jalan dan di depan umum.

Kondisi masyarakat memang semakin menyedihkan. Rasa malu itu sudah hilang dari hati umat manusia. Justru sebaliknya pornografi berkembang pesat. Berbagai media senantiasa memberitakan munculnya tindak asusila yang dilakukan oleh para pelajar yang masih berusia belasan tahun.

Orang yang memiliki peduli terhadap norma tentu merasa sedih dengan fenomena ini. Yang dinamakan busana muslim pun tak lepas dari penyakit membuka aurat. Bisa jadi kerudung dibalutkan di kepala, atau sangat tipis sehingga tetap menampakkan kulit dan rambutnya.

Kerusakan ini sangat mungkin masih akan terus berkembang semakin parah. Jika kita renungkan sabda Rasulullah yang tersebut di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah ra;

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كأذْنَابِ البَقَر,بَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذا وَكَذَا.

“Dua orang dari penghuni neraka yang belum aku pernah melihatnya, seorang kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi dengannya mereka memukuli manusia dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan berlenggok-lenggok, kepala mereka laksana punuk onta miring yang tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapat baunya. Dan sesungguhnya aromanya bisa didapat dari jarak sekian sampai sekian.” (HR Muslim)

Sabda Rasulullah ini merupakan salah satu kemukjizatan beliau. Betapa tidak, di masa beliau hidup orang berpakaian tetapi telanjang belum muncul, sehingga beliau tidak melihatnya. Meskipun begitu beliau memberitahukan bahwa kelak akan ada dua golongan penghuni neraka yang saat itu belum ada. Salah satunya adalah kaum wanita yang berpakaian, tetapi dengan pakaiannya itu ia tetap telanjang.

Yang dimaksud dengan wanita berpakaian tetapi telanjang adalah mereka mengenakan pakaian tetapi tidak benar-benar menutupi aurat yang seharusnya ditutup.

Di dalam Tanwirul Hawalik disebutkan pendapat Ibnu Abdul Barr tentang makna kasiyat ’ariyat, ” Yaitu para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya. Memang mereka sudah dinamakan berpakaian, tetapi kenyataannya mereka tetap talanjang”.

Sementara Imam an-nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan makna ini, ” Mereka berpakaian dengan nikmat Allah, tetapi telanjang dari rasa syukur. Ada juga yang berpendapat, berpakaian dengan pakaian dhohir tetapi telanjang dari kebaikan. Ada juga yang mengatakan maknanya adalah menutup sebagian anggot badanya tetapi membuka sebagian yang lain. Sengaja sebagian itu ditampakkan untuk hiasan, memperlihatkan kecantikan dan semacamnya. Dan ada lagi yang berpendapat, maknanya adalah memakai pakaian yang tipis sehingga memperlihatkan warna kulit badannya.

Dari pendapat para ulama’ di atas, bisa kita garis bawahi bahwa istilah berpakaian tetapi telanjang bisa disematkan kepada orang yang berpakaian mini, tipis atau ketat. Karena ketika mereka memakainya, ada sebagian anggota badan yang terbuka. Kalaupun tidak tampak warna kulitnya, tetapi lekuk-lekuknya masih tampak.

Berpakaian Wanita yang Syar’i

Fungsi utama seseorang berpakaian itu sesungguhnya adalah untuk menutupa urat. Setelah aurat tertutup baru ada fungsi kedua, yaitu untuk keindahan. Dan keindahan ini bukan keindahan tubuh, tetapi kepantasan pakaian yang dikenakan, atau dalam istilah lain dikatakan wellgromed.

Wahai bani adam, telah Kami turunkan kepada kalian pakaian untuk menutup aurat kalian dan sebagai perhiasan (al-maidah:26)

Pakaian yang memenuhi standar syar’i, yaitu pakaian yang menutup seluruh bagian aurat, ukurannya cukup besar sehingga seluruh tubuh tertutupi, dan tidak muncul lekukan badan. Cukup tebal, sehingga kulit tidak nampak di balik pakaian.

Apabila pakaian itu tipis maka ia tidak layak untuk dipakai. Jika tidak ada kain yang lain, maka ketika memakai pakaian yang berbahan tipis itu hendaklah seorang wanita memakai pakaian dalam yang juga menutup aurat sehingga tidak menampakkan garis-garis pakaian khas mereka. Demikainlah kaum muslimin dahulu berpakaian. Di dalam kitab al-Musnad Imam Ahmad menyebutkan hadits, meskipun sanadnya tidak begitu kuat, dari Usamah bin Zaid ra berkata, “Rasulullah saw memberi pakaian kepadaku pakaian Qibthiyah lalu pakaian itu saya berikan kepada isteriku, maka Rasulullah saw bersabda kepadaku: “Kenapa kamu tidak mengenakan pakaian Qibthiyah itu? Saya berkata, “Saya berikan kepada isteriku.” Maka Rasulullah saw bersabda,

مُرْهَا فَلْتَجْعَلْ تَحْتَهَا غِلاَلَةً إِنِّي أَخَافُ أَنْ تَصِفَ حَجْمَ عِظَامِهَا

“Suruh dia untuk mengenakan pakaian dalam, sesungguhnya saya khawatir anggota tubuhnya tampak.”

Imam al-Qurthubi ketika menafsirkan surat an-Nur ayat 31, berkata bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang mode pakaian wanita, yaitu hendaknya dia menutupkan kain kerudung ke dadanya agar tertutup rapi. Setelah memberikan penjelasan demikian, beliau menyebutkan sebuah atsar dari Aisyah bahwasanya Hafshah binti Abdurrahman bin Abu Bakar ra masuk ke rumah Aisyah dengan pakaian yang memperlihatkan lehernya maka Aisyah mengeluhkan dan berkata,

إِنَّمَا يُضْرَبُ بِالْكَثِيْفِ الَّذِيْ يَسْتُرُ

“Kenakanlah pakaian yang tebal, yang menutup”.

Selain tebal dan menutup seluruh badan, pakaian seorang wanita juga harus berbeda dengan pakaian kaum lelaki, dan juga tidak menyerupai pakaian khas orang kafir.

Dosa Besar

Marilah kita perhatikan kembali hadits Rasulullah saw di atas. Di dalam hadits tersebut terdapat kata,

لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذا وَكَذَا

Mereka tidak akan masuk sorga dan tidak akan mendapat baunya. Dan sesungguhnya aromanya bisa didapat dari jarak sekian sampai sekian.”

Sabda beliau ini masuk ke dalam kategori ancaman. Tidak main-main, bau sorga saja yang dapat tercium dari jarak yang sangat jauh, tidak akan dia rasakan. Hadits ini menekankan betapa burunya tindakan tersebut.

Setiap kemaksiatan yang disertai dengan ancaman masuk neraka, tindakan itu masuk dalam kategori dosa besar. Dengan demikian, sikap sembrono dalam berpakaian, yang menyebabkan pakaian tidak sempurna, sehingga di balik pakaian itu aurat masih terlihat adalah termasuk ke dalam kelompok dosa besar. Allahu a’lam bish-showab

[muslimdaily.net]

puisi hikmah

Apapun yang terjadi pada alam ini
Dari yang paling kecil sampai yang paling besar
Insya Allah ada hikmahnya
Sesuai dengan firmanNya
” Ya Tuhan kami tidak ada yang Kau ciptakan dengan sia-sia “

Dari kuman yang tidak kelihatan oleh manusia
Sampai milyaran galaxy yang maha luas
Semua mempunyai fungsi masing-masing

Begitu pula dengan peristiwa manusia
Dari penderitaan yang amat memilukan
Sampai kesenangan yang melenakan
Semua ada hikmahnya

Terkadang manusia lupa bila di uji dengan penderitaan
Hingga ingkar pada Allah karena penderitaan yang di deritanya

Padahal di balik penderitaan ada hikmahnya juga
Berupa jiwa yang semakin kuat, tabah, dan tak tergoyahkan

Maka jangan lekas membuang yang pahit
Siapa tahu itu adalah obat bagimu
Jangan lekas mengatakan Allah tidak adil !
Siapa tahu Allah di lain waktu memberikan nikmatNya

Jangan lekas mengeluh bila tak mendapatkan sesuatu yang diinginkan
Siapa tahu Allah akan memberikan sebagai pengganti yang terbaik
Dan jangan lekas memisahkan sesuatu yang kamu benci dan kau anggap hina
Siapa tahu apa yang kamu benci dan kamu anggap hina
Justru di cintai Allah !
Dan jangan segera meminum yang manis
Siapa tahu itu adalah racun bagimu.

Siapa yang menyangka
Jika sampah yang di buang-buang manusia
Justru bisa dijadikan kompos dan energi listrik

Siapa yang menduga
Rambut jagung yang dibuang
Saat makan jagung rebus atau jagung bakar di Rusia bisakan dijadikan jamu, obat untuk kesehatan.

Siapa yang mengira
Gerak rumput atau ilalang yang bergoyang
Adalah prototype gerakan pesawat terbang
Siapa menyangka
Nyamuk yang kecil itu
Membuat kaya raya para pengusaha obat anti nyamuk

Siapa yang protes terhadap keringat
Mungkin lupa
Keringat yang dianggap menganggu
Telah melahirkan ribuan jenis minyak wangi sejak berabad-abad
Dan telah melahirkan ribuan perusahaan dengan berbagai model
Membuka lapangan kerja dan melahirkan foto model iklan

Siapa yang membenci virus
Ternyata virus yang tak kelihatan itu
Telah melahirkan para penilti dan para ilmuwan
Betapa banyak Doktor tercipta karena virus
Apa lagi ?

Coba lihat air mata saat kau menangis
Itu adalah alat pembersih alamiah dan mengurangi beban psikologis
Terasa sangat lega dan beban yang terpikul terasa ringan
Jangan meremehkan air mata !
Ribuan judul puisi bisa lahir karena tangisan
Ribuan judul drama, sandiwara, film dan senitron tercipta karena air mata
Ribuan judul novel tercipta berkat air mata
Dan jangan lupa …… !
Air mata wanita adalah senjata yang sangat tajam
yang dapat meruntuhkan kerajaan dan singgasana para emperator !
Siapa yang tahan melihat air mata wanita ?

Maka menangislah kamu selagi bisa menangis
Tak ada larangan untuk menangis
Bahkan tangisan para auliya
Dikeheningan malam, saat tahajud dan sujud
Adalah kunci pembuka pintu syurga !


Apa lagi ?
Lihat kulitmu yang tipis dan halus mulus
Tebalnya hanya sepersekian mili yang membungkus daging
Siapa yang mengira
Kulit yang dianggap biasa adalah jaket yang paripurna bagi daging
Tergores sedikit saja, maka kuman segera datang menyerang daging
Terjadilah pembusukan dan borok
Di akherat Kulitpun akan menjadi saksi
Dan dimintai pertanggung jawaban
Bila merasa diri tidak cantik sehingga kurang bersyukur
Datanglah ke rumah sakit
Kau akan menemukan berbagai jenis penyakit yang bisa juga menyerangmu
Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan ?

Tak ada yang sia-sia apapun yang diciptakanNya
Bila ada sesuatu ciptaanNya yang kelihatannya tak berguna
Itu bukan berarti sia-sia !
Hanya manusia belum menelitinya atau tidak tahu fungsinya
Yakinlah ada hikmah di balik penciptaanNya
Dan jika mau di tulis hikmah setiap ciptaanNya
Niscaya manusia tak mampu melakukannya
Karena tak terhingga banyaknya !

Maka bahagialah orang yang pandai mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap kejadian, baik yang langsung menimpa dirinya atau yang menimpa orang lain. Bahagialah orang selalu melewati hari-harinya dengan membawa dan menggunakan ” Kaca mata hikmah “, karena dengan kaca mata hikmah ini, dia dapat melihat seluas luasnya dari setiap kejadian apapun, dengan kaca mata hikmah, seakan dia melihat sesuatu dari segala sisi, dari segala arah, dari segala sudut, dari multi dimensi, hingga dia dapat menghadapi hidup penuh kebahagiaan dan ketentraman jiwa.

Orang yang selalu memandang kejadin dengan ” kaca mata hikmah ” akan mendapat bimbingan dan hidayah Tuhan yang sangat besar, orang seperti ini akan selalu berpikir positif melihat suatu kejadian, hingga yang dalam dirinya penuh dengan hikmah dan kebajikan, yang ada dalam dirinya, baik, baik dan selalu kebaikan. Hatinya begitu lapang, kelapangan dadanya meluas, terkadang tak terjangkau oleh manusia kebanyakan.

www.eramuslim.com

NEGRI MATI

Mungkin puisi ini tidak indah untuk dibaca,didengar, maupun diucapkan.. terlebih di perhatikan..
Dibuat oleh orang yang tidak dikenal, terlebih orang yang biasa-biasa saja..

Tapi.. coba Anda bayangkan..
Puisi ini adalah celotehan anak Bangsa..
Yang kedudukannya sama dengan petinggi Negri dimata Tuhan..
Sebuah sineas kehidupan.. di Negri sunyi ilmu, ricuh merebut kekuasaan Bangsa..

Mungkin, inilah potretan Negri kita..
Negri indah..  damai, dan sentosa..
Rakyatnya pun makmur dan sejahtera..
Tak ada kericuhan.. apalagi kecongkakan belaka..

Akankah ini mimpi..

Harmoni hidup di Negri kita..
Sawah, ladang, hutan, pertambangan, dan lautan merebak ruah di sekitar kita..
Inilah Surga dunia yang sebenarnya…
Segala fenomena alam terindahkan..
Terlihat jelas dari kelopak mata, pandang kita..

Tapi.. pernahkah  Anda bayangkan.. tentang arti sebuah Kemerdekaan.. petinggi Negri telah menetapkan.. bahwa Bangsa ini Merdeka.. 17 Agustus 1945 Negri ini terbebas dari penjajah..
Benarkah demikian..

Keluarlah dari pintu rumah, dan lihatlah ke pelataran jalan..
Berapa banyak orang yang mengais hidup di Trotoar jalan..
Seluruh Nusantara.. jutaan manusia.. Indonesia..

Mereka kelaparan.. tertindas, dan terhinakan..
Di usir sana-sini bagaikan hewan..
Hartanya terampas oleh para penguasa..
Harga dirinya tertindas oleh cercaan semua insan..
Mungkinkah alam pun demikian..
Apakah ini yang disebut Negri..
Masyarakat kecil kian terbasmi.. terberanguskan dimuka Negri..
Dengan berbagai cara..
Sedang Penguasa berwara- wiri..

Inilah penjajahan yang sebenarnya..
Penjajahan yang paling menghinakan..
Ini sebuah penghianatan…
Ternyata kini kita dijajah oleh Pewaris Bangsa kita sendiri..
Dikuasai oleh si hidung jabatan, tangan-tangan kotor yang keji..

Seakan Negri kita adalah Surga penjajah..
Merebah ruah koruptor dari berbagai wajah..
Pendidikan pun kini tinggal sejarah..
Runtuh.. terjajah..
Tak menyisakan indah..

Anda bayangkan, kini, di Negri ini, kita di ajarkan bukan untuk saling berbagi, member, apalagi saling mengasihi..
Tapi kita diajarkan untuk berlomba, berlomba, dan berlomba memperbanyak harta..
Tanpa malu dan pandang bulu.. tanpa belas kasihan seakan seperti Anjing liar yang tak punya hati..
Memakan darah daging manusia..
Yang kini hanya tertinggal nama..

Wahai petinggi Negri.. malulah..
Jangan kau malu pada kami, rakyatmu.. tapi malulah pada Tuhan..
Karena dalam hatimu terdapat penuh dengan kecurangan..
Kedengkian..
Dan kemunafikan..

Berangkatlah dari hati..
Jangan berangkat dari diri..
Hingga kau sadar sendiri.. bahwa Tuhanmu akan membalas..
Membalas semua tingkah lakumu..
Lalu, antara dua kan terjadi.. kekal indah di Surga, atau hanya siksa Neraka selamanya..

Duhai manusia..
Kitislah terhadap pembijak Negri..
Bangunlah Spiritmu..
Maka kejayaan Negri ada di tanganmu..

Berharaplah pada Tuhan, agar Negri ini diberi perlindungan..

karya: Digdot FA

Kisah Jurnalis Bag-2

Sebelumnya di Kisah Panjang Sang Jurnalis 1...

Senang sekali rasanya, bisa memulai karir menulis di sebuah majalah yang menjadi kebanggaan siswa-siswi sekolah ini. Tentunya, aku memiliki cita-cita untuk menjadi seorang penulis yang beken di masa mendatang. Seperti kata pepatah, untuk memperoleh sesuatu yang besar kita harus memulainya dengan satu langkah yang kecil.

Malang, 11 Juni 2009. Siang hari yang sangat terik. Bulir-bulir keringat bercucuran di dalam kemeja berwarna biru muda yang kupakai. Kendati aku sudah membawa baju ganti, akan tetapi hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap cuaca yang tak menentu ini. Jalan yang kutempuh dengan kedua sepatu yang melekat di kakiku, juga dipenuhi para pelajar yang tengah pulang sekolah masing-masing. Sebagian dari mereka nampak sedang duduk di tepi trotoar jalan. Sebagian yang lain nampak nongkrong dengan sepeda motor yang didandani sedemikian rupa.

Siang ini, aku memang sedang mengejar deadline menyelesaikan tulisan dalam rubrik majalah yang aku kelola. Pada edisi kali ini, aku ingin memuat tulisan mengenai remaja dan pergaulan bebas. Mulai dari sejauh mana kebebasan remaja dalam bergaul, sebab dan akibatnya, serta apa yang menjadikan mereka bergaul dengan bebas. Targetku adalah para pelajar yang sedang ada di pinggir jalan. Tujuan pertamaku adalah sekelompok pelajar putri yang sedang bergerombol di sebuah halte yang berubah fungsi menjadi tempat nangkring.

"Assalamualaikum, selamat siang! Baru pulang sekolah ya?" aku memulai menyapa mereka.

Dengan serentak, mereka menjawab, "Waalaikumussalam. Ada apa ya?".

Bahkan, salah satu dari mereka mengatakan, "Udah tau pake seragam gini, masak dari pasar?"

"Hmm, begini. Perkenalkan, saya Ikrimah. Wartawan majalah sekolah Preschool." jawabku sambil menunjukkan ID card yang tergantung di leherku.

"Hah, es krim? Eh, sabun krim?" satu diantara mereka mengerjaiku.

Dengan enteng pula, aku mengerjai siswi yang berambut ikal itu, "Bukan mbak, nama saya Ikrimah. Bukan es krim atau sabun krim. Wah, mbak ini cantik-cantik tapi telinganya kemasukan kodok, sampe nggak bisa denger!"

"Ihh, dasar cebol! Mau kamu apa sih?!" jawabnya sewot.

"Hee..Hee.. ya udah, maaf-maaf. Gitu aja ngambek. Begini, saya disini untuk melakukan wawancara dan survei mengenai remaja dan pergaulannya. Kemudian, tulisan itu akan saya muat dalam majalah sekolah saya." Jawabku.

"Nah, begini. Pertama-tama saya ingin berkenalan dengan mbak-mbak ini. Mbak yang tadi suka makan es krim, namanya siapa?" tanyaku kembali kepada siswi yang mencibir namaku.

"Hah, kamu belum kenal sama aku, Siswi yang paling beken? Oke.. oke.. namaku Yusi Suprapti, biasa dipanggil Cici. Kata temen-temenku, aku mirip sama Tata Young> Aku siswi kelas tiga jurusan IPA yang bersekolah di SMA paaaling keren se Kota Malang ini." jawab siswi itu dengan centilnya.

"Huuh, nama jadul aja, pengen mirip sama Tata Young." gerutuku sebal dalam hati.

"Ooh, mbak Prapti ya? Gini mbak, saya ingin bertanya tentang siapa saja sih, yang biasa diajak sebagai teman bermain, teman berjalan-jalan atau bahkan teman curhat oleh remaja putri?" aku memulai pertanyaan. [bersambung]

Kisah Jurnalis Bag-1

-GreenSoul vol. 12- Ikrimah. Itulah sebuah nama singkat yang diberikan oleh kedua orang tuaku, saat aku lahir 16 tahun yang lalu. Ya, di usia enam belas tahun lebih beberapa bulan ini aku sedang menempuh pendidikan di sebuah sekolah menengah atas di kota sejuta ruko ini.

Kota sejuta ruko? Mungkin kamu belum akrab dengan julukan itu. Julukan itu memang diberikan sebagai bentuk sindiran kepada sebuah kota yang satu dekade yang lalu masih disebut Kota Pendidikan ataupun Kota Bunga. Hal ini dikarenakan, sekitar sembilan tahun terakhir ini, pembangunan ruko atau rumah toko dan mall mulai marak dan menyaingi banyaknya sekolah yang ada. Bahkan, beberapa pusat perbelanjaan bertempat di sekitar lokasi pendidikan. Kota yang berhawa cukup sejuk dimana aku lahir dan hidup hingga sekarang ini, bernama Kota Malang. ...

Sesuai dengan namaku yang singkat dan pendek, ternyata postur tubuhku pun juga tak mau kalah. Tinggi badan yang hanya sekitar satu setengah meter dengan berat badan kurang dari lima puluh kilogram, menjadikan beberapa orang menyebutku sebagai manusia yang sombong. Mengapa demikian? Sebab, setiap aku berbicara dengan orang selalu kutengadahkan kepalaku. Bukannya bermaksud sombong, tapi memang demikianlah adanya.

Selain itu, didukung juga dengan model rambutku yang cepak. Aku nggak bisa membayangkan seandainya aku memanjangkan rambutku. Wah, bisa dikira orang jual mie instan atau bahkan disangka brokoli yang sedang jalan-jalan. Tahu kan, jenis rambut keriting kecil dan kribo?

Walau begitu kawan, bentuk tubuhku tidak menghalangiku untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Apalagi pada saat setahun yang lalu, aku ditawari untuk bergabung dalam kegiatan ekstra bernama "Preschool". Eits, jangan menghina dulu. "Preschool" bukan berarti pra-sekolah atau play group lho. Akan tetapi, nama itu adalah singkatan dari Press-School, yang berarti lembaga pers sekolah.

Ekstra kurikuler ini, adalah sebuah lembaga yang mewadahi bakat -bakat siswa dalam hal jurnlaistik. Seperti menulis, wawancara desain, fotografi, dan lain-lain. Setelah kuamati, kuselidiki dan kupikir-pikir, ternyata aku memiliki bakat yang dapat ditampung di sana. Sekali lagi, bukannya aku sombong. Tetapi, menurut orang tuaku, sejak kecil memang aku memiliki keingintahuan yang besar terhadap sesuatu.

Mungkin itulah yang menjadi cikal bakal diriku yang hobi bertanya dan berwawancara ini. Selain itu, bekal ilmu dari ekstra kurikuler lain yang aku ikuti, yakni Rohis atau Kerohanian Islam, juga memberiku patokan-patokan bagaimana menjadi seorang jurnalis yang Islami dan membuat tulisan yang bisa memotivasi untuk meningkatakan iman dan taqwa.

Sebulan yang lalu, aku didapuk menjadia salah satu staf redaksi dalam majalah sekolah "Preschool" ini. Di dalam jajaran redaksi ini, Mas Agung -sang pimpinan redaksi- mempercayaiku untuk menulis rubrik bertajuk "Remaja dan Dunia". Di dalam rubrik itu, aku bertugas untuk mencari fakta serta hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan remaja, serta pergaulan yang heterogen. Senang sekali rasanya, bisa memulai karir menulis di sebuah majalah yang menjadi kebanggaan siswa-siswi sekolah ini. Tentunya, aku memiliki cita-cita untuk menjadi seorang penulis yang beken di masa mendatang. Seperti kata pepatah, untuk memperoleh sesuatu yang besar kita harus memulainya dengan satu langkah yang kecil. [bersambung]

Kenapa Harus Pacaran?

Hayo…bisa nggak kamu jawab pertanyaan ini? Kenapa harus pacaran? Hmm…mungkin di antara kamu ada yang menjawab:
‘biar nggak kuper’
‘biar nggak dibilang nggak laku’
‘biar ada cowok yang sayang sama kita’
‘biar ada semangat untuk belajar’
‘biar nggak malu dengan teman-teman yang pada punya pacar juga’
‘sekedar pingin tahu rasanya’
dll, masih banyak lagi alasan yang bisa kamu ajukan sebagai pembenaran.Oke deh, kita coba telaah satu per satu yah, masuk akal nggak sih alasan-alasan yang kamu punya itu.

Pacaran, adalah aktivitas yang dilakukan berdua dengan sang kekasih sebelum menikah. Aktivitas atau kegiatan ini bisa bermacam-macam bentuknya. Bisa nonton bareng, makan bakso berdua, jalan berdua atau belajar bersama. Tapi alasan terakhir ini kayaknya banyak nggak jadi belajarnya deh karena pada sibuk mantengin gebetan masing-masing. Iya apa iya?

...Kalo kamu sekedar takut dibilang kuper karena nggak mau pacaran, maka mereka para aktivis pacaran itulah yang sebenarnya orang paling kuper dan kupeng sedunia...

Kalo kamu sekedar takut dibilang kuper karena nggak mau pacaran, maka mereka para aktivis pacaran itulah yang sebenarnya orang paling kuper dan kupeng sedunia. Why? Karena saya yakin orang pacaran itu dunianya akan berkutat dari pengetahuan tentang doi aja. Coba kamu tanya apa dia tahu perkembangan teknologi terkini? Apa dia tahu di Palestina itu ada masalah apaan sih? Apa dia juga tahu kalo Amerika itu ternyata adalah teroris sejati?

Yakin deh, pasti mereka yang suka pacaran itu nggak bakalan tahu topik beginian. Kalo begitu, mereka itulah yang kuper dan kupeng. Paling tahunya cuma apa hobi sang pacar, apa wakna favoritnya, apa makanan kesukaannya, dll. Coba Tanya berapa nilai ulangan matematikanya, fasih nggak bahasa Inggris-nya, bagus nggak karangan bahasa Indonesia-nya, dan hal-hal seputar itu, pasti deh aktivis pacaran pada bloon untuk hal beginian. Kalo pun ada yang pintar, itu sama sekali nggak ada hubungannya dengan pacaran sebagai semangat belajar.

Sebaliknya, pacaran adalah ajang maksiat. Bukankah sudah dikatakan oleh Rasulullah SAW:

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh baginya berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita, sedangkan wanita itu tidak bersama mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiga di antara mereka adalah setan” (HR Ahmad)

Waduh, emang kamu mau jadi temannya setan? Hiii, naudzubillah banget tuh.

Jangan beralasan kamu kuat iman, maka tetep aja ngeyel berdua-duaan. Banyak tuh kasus ngakunya aktivis rohis dan niatnya dakwah eh..malah kebablasan pacaran. Teman SMA saya dulu aja ada yang MBA alias Married By Accident alias lagi hamil di luar nikah karena pacaran. Udah sekolahnya nggak bisa lanjut karena perutnya semakin gendut, ia adalah pihak yang dirugikan.

...Jangan beralasan kamu kuat iman, maka tetep aja ngeyel berdua-duaan. Banyak tuh kasus ngakunya aktivis rohis dan niatnya dakwah eh..malah kebablasan pacaran...

Tuh, si laki-laki yang menghamili bisa dengan enaknya melanjutkan sekolah sampe tuntas. Belum lagi beban dosa besar yang harus ia tanggung. Ingat, berzina adalah salah satu dosa besar yang hanya bisa ditebus dengan taubatan nasuha. Taubat yang sungguh-sungguh dan tak akan pernah mengulangi lagi. Bukan taubat jenis tomat, saat ini tobat, besok kumat. Duh, itu sih namanya main-main alias nggak serius dan mau berubah total. Nggak baik, Non!

Jomblo adalah pilihan

Kok bisa? Di saat teman-teman pada risih dengan status jomblo, masa’ sih malah bisa dijadikan status pilihan? Bisa aja, why not gitu loh? Lagian tergantung persepsi kan?

Kondisi jomblo adalah kondisi yang independen, mandiri. Di saat teman-teman cewek lain serasa nggak bisa hidup tanpa gebetan, kamu merasa sebaliknya. Nggak harus jadi cewek tuh aleman, manja, tergantung ke cowok, dan merasa lemah. Huh…jijay bajay banget. Jadi cewek kudu punya pendirian, nggak asal ikut-ikutan. Meskipun teman satu sekolah memilih pacaran sebagai jalan hidup, kamu tetap keukeuh dengan prinsip: “jomblo tapi sholihah”. Huhuy!

Dulu, waktu saya masih duduk manis di bangku SMP dan SMA, ada seorang teman yang ngebet banget pingin punya pacar. Sampe-sampe kalo ada kuis di majalah remaja tentang siap-enggaknya pacaran, doi termasuk yang rajin mengisi untuk tahu jawabannya. Ternyata doi tipe yang sudah siap banget. Akhirnya fokus perhatian dia hanya ke cita-cita pingin punya pacar dan pacar mulu. Prestasi sekolah jadi anjlok. Padahal ternyata nggak ada yang mau sama doi (backsound: Kacian banget!).

Nah, beda kasus dengan muslimah sholihah. Ada atau nggak ada yang mau, dia nggak bakal ambil pusing. Mikirin rumus fisika aja sudah cukup pusing, pake mikir hal lain. Maksudnya, mikirin pacar atau pacaran adalah sesuatu yang nggak penting bagi dirinya. Selain ngabisin waktu dan energi, yang pasti menguras konsentrasi dan emosi.

...Kalo kamu jadi cewek sudah oke, baik di otaknya, kepribadiannya apalagi akhlaknya, jadi jomblo bukan sesuatu yang terpaksa tuh. Malah jomblo adalah sebuah kebanggaan....

Kalo kamu jadi cewek sudah oke, baik di otaknya, kepribadiannya apalagi akhlaknya, jadi jomblo bukan sesuatu yang terpaksa tuh. Malah jomblo adalah sebuah kebanggaan. Kamu bisa tunjukkan kalo jomblo adalah harga diri. Menjadi jomblo bukan karena nggak ada yang mau, tapi kitanya yang emang nggak mau kok sama cowok-cowok anak kecil itu. Lho, kok?

Iya, cowok kalo beraninya cuma pacaran itu namanya masih cowok kecil. Masa’ masih kecil udah pacaran. Huh! Kalo cowok yang udah dewasa, pasti ia nggak berani pacaran, tapi langsung datang ke ortu si cewek dan ngelamar. Merit deh jadinya. Selain menunjukkan tanggung jawab, cowok dewasa tahu kalo pacaran cuma ajang tipu-tipu dan aktivitas berlumur dosa. Hayo…pada berani nggak cowok-cowok kecil itu?

Jomblo Tapi Shalihah

Jangan pernah takut diolok teman sebagai jomblo. Jangan pernah malu disebut nggak laku. Toh, mereka yang berpacaran saat ini belum tentu juga jadi nikah nantinya. Tul nggak? Malah yang banyak adalah putus di tengah jalan, patah hati terus bunuh diri. Hiii, naudzubillah. Atau bisa jadi karena takut dibilang jomblo malah dapat predikat MBA tanpa harus kuliah alias Married By Accident.

Lagipula, cewek kalo mau dipacarin kesannya adalah cewek gampangan. Gampang aja dibohongin, gampang diboncengin, gampang dijamah, dan gampang-gampang yang lain. Idih…nggak asyik banget! Toh, nantinya para cowok itu juga bakal males sama cewek beginian karena udah tahu ‘dalemannya’, mereka pinginnya dapat cewek baik-baik.

Terlepas apa motivasi mereka, yang pasti kamu kudu punya patokan atau standar tersendiri. Kamu nggak mau pacaran karena itu dosa. Kamu memilih jomblo karena itu berpahala dan jauh dari maksiat. Kamu nggak bakal ikut-ikutan pacaran karena takut dibilang jomblo dan nggak gaul. Kamu tetap keukeuh pada pendirian karena muslimah itu orang yang punya prinsip. Itu artinya, kamu selalu punya harga diri atas prinsip yang kamu pegang teguh. Iya nggak seh?

Karena banyak juga mereka yang meskipun sudah menutup aurat dengan kerudung gaul, masih enggan disebut jomblo. Jadilah mereka terlibat affair bernama pacaran sekadar untuk gaya-gayaan. Bener-benar nggak ada bedanya dengan mereka yang nggak pake kerudung. Malah parahnya, masyarakat akan antipati sama muslimah tipe ini. Berkerudung tapi pacaran. Berkerudung tapi masih suka boncengan sama cowok non mahrom. Berkerudung tapi sering berduaan sama cowok dan runtang-runtung nggak jelas juntrungannya. Padahal, kelakuannya yang model begitu itu bisa membuat jelek citra kerudung, imej Islam jadi rusak, dan tentunya doi bikin peluang orang lain untuk menilai dan memukul rata bahwa doi mewakili muslimah. Parah banget!

...predikat jomblo jauh lebih mulia kalo kamu menghindari pacaran karena takut dosa. Menjadi jomblo jauh lebih bermartabat kalo itu diniatkan menjauhi maksiat...

Intinya, predikat jomblo jauh lebih mulia kalo kamu menghindari pacaran karena takut dosa. Menjadi jomblo jauh lebih bermartabat kalo itu diniatkan menjauhi maksiat. Menjadi jomblo sama dengan sholihah kalo itu diniatkan karena Allah semata. Bukankah hidup ini cuma sementara saja? Jadi rugi banget kalo hidup sekali dan itu nggak dibikin berarti. Jadi kalo ada yang rese dengan kamu karena status jomblomu, katakan saja ‘jomblo tapi sholihah, so what gitu loh!’. Hidup jomblo! [riafariana/voa-islam.com]

Lapangkan Hatimu Dalam Menerima Nasehat dan Kebenaran

Di antara sebab tersebarnya kebatilan dan bertambah buruknya keadaan masyarakat adalah berbagai macam alasan yang diada-adakan oleh syaitan dan bala tentaranya demi melestarikan kemungkaran. Umat-umat terdahulu yang menentang dakwah para rasul pun demikian. Ketika para rasul itu menyeru mereka untuk mengesakan Allah dan taat kepada utusan-Nya, maka serentak muncullah berbagai dalih dan argumentasi mereka untuk mengelak dari kewajiban tersebut.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apabila dikatakan kepada mereka; ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian, maka mereka mengatakan; ‘Bahkan kami akan tetap mengikuti apa-apa yang kami dapati dari nenek-nenek moyang kami’. Apakah mereka akan tetap mengikutinya apabila ternyata nenek moyang mereka adalah orang-orang yang tidak memahami apa pun dan sama sekali tidak berada di jalan petunjuk?” (Qs. al-Baqarah: 171)

Wahyu dari Allah yang semestinya mereka hormati dan patuhi pun seolah tidak ada artinya. Para rasul yang telah diberi tugas untuk membimbing mereka pun tak ubahnya mereka anggap seperti orang biasa. Bahkan yang lebih keji lagi mereka menuduh kaum beriman pengikut rasul telah mengikuti seorang lelaki yang tersihir, aduhai betapa besar kedustaan mereka! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang zalim itu mengatakan; tidaklah kalian mengikuti kecuali seorang lelaki yang dikuasai oleh sihir.” (Qs. al-Furqan: 8). Inilah sunnatullah! Perjalanan dakwah senantiasa dirintangi oleh makhluk-makhluk durhaka yang nekad membangkang kepada Rabbnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demikian itulah, Kami menjadikan bagi setiap nabi musuh dari kalangan para pendosa.” (Qs. al-Furqan: 31)

Saudaraku –semoga Allah menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat- apabila kita cermati secara seksama, sekian banyak kemungkaran yang ada di atmosfer kehidupan kaum muslimin pada hari ini, maka akan kita dapatkan bahwa ternyata salah satu senjata syaitan paling ampuh yang menyimpangkan bani Adam dari jalan yang lurus adalah hujjah-hujjah palsu dan kerancuan pemahaman yang memoles kebatilan sehingga tampak menjadi sesuatu yang indah dan menyenangkan. Tidakkah Anda lihat, orang-orang yang sampai saat ini masih enggan meninggalkan gemerlapnya dunia panggung hiburan –entah penyanyi atau bintang film dan sinetron-, kalau anda bertanya kepada mereka; apa yang melatar belakangi mereka dengan suka rela dan tanpa sungkan-sungkan mengobral aurat di layar-layar kaca dan berdandan ala jahiliyah demi memuaskan selera penonton dan sutradara? Maka jawaban mereka tidak lauh dari ungkapan klise dan menyakitkan hati para pecinta Allah dan rasul-Nya; “Ini adalah seni, ini demi menghidupi keluarga saya, ini adalah potret kebebasan hak asasi manusia, ini adalah ekspresi budaya,” atau seabrek kepalsuan yang lainnya. Maha suci Allah, sudah sedemikian rusakkah aqidah kita?

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, seorang mukmin hidup bukan untuk memperturutkan kemauan hawa nafsunya. Seorang mukmin menyadari bahwa ujian yang Allah berikan di alam dunia ini adalah kesempatan baginya untuk membuktikan penghambaan dirinya kepada Allah semata. Betapa banyak orang yang mengira bahwa apa yang dilakukannya merupakan kebaikan padahal di sisi Allah ta’ala itu semua tidak ada artinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; maukah Aku kabarkan kepada kalian orang yang paling merugi amalnya, yaitu orang-orang yang sia-sia usahanya di dunia namun mereka mengira telah melakukan amal dengan sebaik-baiknya.” (Qs. al-Kahfi: 103-104)

Lalu apa yang semestinya kita kerjakan? Sebuah pertanyaan yang penting untuk dikaji. Untuk mengatasi jerat syaitan yang satu ini, maka seorang hamba memerlukan bimbingan ilmu yang benar di samping keteguhan sikap dalam memihak kepada kebenaran. Orang yang tidak dibekali ilmu yang benar, maka tindakan yang diambilnya pun hampir bisa dipastikan menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh sebab itulah setiap harinya kita diajari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Allah hidayah menuju jalan yang lurus. Sementara jalan yang lurus itu dibentangkan di atas pondasi ilmu dan keberpihakan konkret kepada kebenaran. Dengan pondasi ilmu maka para peniti jalan tersebut akan terbebas dari kebodohan dan sikap serampangan yang cenderung pada perilaku sesat dan menyimpang. Sedangkan dengan pondasi yang kedua maka para peniti jalan itu akan senantiasa terjaga dari kemurkaan Allah dengan keistiqomahan mereka di atas rel kebenaran. Iman kepada Allah tidak cukup jika tidak disertai keistiqomahan. Sebagaimana ucapan syahadat di lisan tidak cukup jika tidak diiringi dengan ketundukan dan kecintaan. Demikian pula ilmu, tidaklah ia mencukupi apabila tidak disertai dengan amalan.

Sebagian manusia diseret oleh hawa nafsu dan kebodohannya untuk mengikuti aliran orang-orang yang sesat (adh-dhaallin) lagi menyimpang. Bukan karena niat mereka yang buruk, namun karena persepsi mereka tentang kebenaran dan pengabdian telah mengalami distorsi pemikiran. Sedangkan sebagian yang lain cenderung kepada aliran orang-orang yang dimurkai (al-maghdhubi ‘alaihim) akibat pemahaman mereka tidak disertai dengan kecintaan kepada kebenaran dan ketulusan mengabdi kepada ar-Rahman. Mereka tahu tapi enggan mengikuti kebenaran.

Nah, yang kita perbincangkan sekarang bukanlah orang-orang yang enggan mengikuti kebenaran. Yang ingin kita soroti adalah segolongan manusia yang dengan niat baik mereka ‘terpaksa’ harus memposisikan diri mereka di barisan orang yang menyimpang. Meskipun hal itu tidak mereka sadari. Dan inilah yang menyakitkan. Banyak sekali tipu daya Iblis yang mereka serap dan adopsi demi melegalkan penyimpangan yang selama ini mereka tekuni. Di antara alasan yang sering kita dengar dari banyak orang yang menuturkan keadaan orang-orang semacam ini adalah ucapan mereka, “Saya tidak berniat buruk. Niat saya baik. Hanya saja keadaan memaksa saya untuk melakukan hal ini. Saya sadar hal ini akan mengundang banyak kontroversi. Namun, hal itu tidak penting bagi saya. Toh, saya tidak mencari ridha manusia. Apa boleh buat, keadaan menuntut saya melakukannya, dan lagi kalau mau diambil sisi positifnya kan tidak sedikit. Kita harus realistis, tidak semua orang bisa bersikap ideal seperti yang anda inginkan.” Kurang lebih itulah alasan mereka.

Sekilas, ucapan ini terdengar bijak dan menyejukkan. Namun di balik itu semua, syaitan ingin menggiring manusia agar memandang baik diri mereka sendiri dan menempatkan orang lain sebagai penonton belaka. Sehingga mereka tidak lagi berhak untuk mengkritik atau pun mengoreksi sikapnya. Karena sutradara kehidupannya adalah dia, adapun orang lain mungkin tidak mengerti realita dalam pandangannya. Ada ungkapan yang mengatakan, “Sang pemilik rumah tentu lebih mengerti tentang isi rumahnya.” Ya, itu ada benarnya, tapi ingat betapa banyak pemilik rumah yang kebingungan mencari barangnya sendiri yang hilang gara-gara lupa atau terselip di suatu tempat, padahal kejadian itu sama sekali tidak keluar sejengkal pun dari pagar rumahnya! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.” (Qs. an-Nahl: 43)

Banyak orang yang mudah menerima kebenaran ketika kebenaran itu tidak mengusik urusan pribadinya. Namun, tidak sedikit pula orang yang menolak kebenaran hanya gara-gara kebenaran itu telah mengusik urusan pribadinya. Tidakkah kita ingat kisah Abu Thalib paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Pada dasarnya dia mengakui kebenaran ajaran yang dibawa oleh keponakannya itu, namun hanya karena khawatir apabila dia mengikuti ajaran itu maka celaan dan komentar miring akan terlontar dari lisan suku Quraisy kepadanya, akhirnya syahadat pun tak mau diucapkannya, walau sekali. Hal itu menunjukkan bahwa keteguhan orang dalam meniti jalan kebenaran akan benar-benar tampak ketika kebenaran itu harus berhadap-hadapan dengan kemauan hawa nafsu dan kebiasaan yang dijalaninya atau yang dijalani oleh masyarakatnya. Ketika berada dalam posisi seperti itu, bagaimanakah sikap yang diambilnya? Itulah cerminan penghambaan dirinya yang sebenarnya.

Sebagian orang –semoga Allah memberi mereka petunjuk- mengira bahwa nasehat yang disampaikan kepada mereka adalah bentuk kelancangan dan kekurangajaran. Terlepas dari keras atau lembut cara menasehatinya, maka tidak selayaknya seorang yang munshif (bersikap adil dan objektif) mencampakkan kebenaran gara-gara kebenaran tersebut datang dengan cara yang tidak berkenan atau kurang pas dalam pandangannya. Ya, itu sah-sah saja seorang menilai bahwa cara orang lain dalam menasihatinya tidak pas atau tidak beradab. Namun, bukan itu yang kita bicarakan! Yang kita maksud adalah kesadaran hati pada diri orang yang mendapatkan teguran agar kembali kepada Allah, dan menyadari kekeliruannya –jika itu sebuah kekeliruan- tanpa menyimpan dendam. Bukankah Allah memerintahkan kita untuk memberikan maaf dan berlapang dada dalam menyikapi kekurangan saudara kita? Bukankah kita pun senang jika kita diperlakukan demikian? Maka alangkah tidak bijaknya kita ketika kita menyadari bahwa hujjah-hujjah yang kita miliki ternyata tidak cukup kuat untuk mempertahankan sikap kita yang keliru atau kurang bijak, kemudian dalam kondisi seperti itu pun kita masih menuntut orang lain secara berlebihan untuk bersikap bijak dan sopan dalam menegur kita. Sementara kita dengan begitu leluasa memuntahkan sejuta alasan untuk menjatuhkan orang yang berbeda pendapat dengan kita. Di sisi lain kita tidak memberikan kesempatan baginya untuk melontarkan kritik kepada kita. Wallahul musta’an.

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Ibroh Raja Sehari

Dahulu ada sebuah Kerajaan yang sangat aman, rakyatnya makmur dan sentosa. Raja ini selalu memperhatikan dan mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Sang Raja selalu berkeliling negeri untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.

Suatu Sang Raja mendengar rintihan seorang pemuda yang kelaparan. Si Ibu dengan suara lemah mengatakan kepada anaknya bahwa dia sudah tidak memiliki lagi persediaan makanan. Raja terkejutdi negerinya ada rakyatnya yang kelaparan.

Sang Raja berfikir sebentar. Kemudian dia membuat sebuah kesempatan untuk Sang pemuda. Dia memerintahkan prajuritnya. untuk secara diam-diam membawa sang anak ke istana ketika dia tidur, malam itu juga.

Ketika Pemuda itu tidur, secara diam-diam beberapa Prajurit membawa pemuda tanpa sepengatahuan siapapun termasuk pemuda itu sendiri.

Raja ingin memberikan jabatannya sebagai Raja selama sehari untuk si pemuda tersebut.Diaingin tahu apa yang akan dilakuakn si Pemuda.

Pagi harinya ketika terbangun dari tidurnya si anak heran, dimanakah dia berada? Segera beberapa pembantu istana menjelaskan bahwa dia saat ini di istana kerajaan dan diangkat menjadi Raja.
Para Pembantu istana sibuk melayaninya.Sementara itu di tempat terpisah si ibu kebingungan dan cemas karena dia mendapati anaknya hilang dari rumahnya. Di carinya kemana-mana tapi sang anak pujaan hati tetap tak ditemukannya. Siang harinya sambil menangis dan bercucuran air mata si ibu pergi ke istana Raja untuk meminta bantuan mencari anaknya ke pelosok negeri. Di gerbang istana si ibu tertahan oleh Para Penjaga istana dan tidak diijinkan untuk bertemu dengan Raja.

Namun demikian, seorang Penjaga itu masuk ke dalam dan memberi tahu kepada Sang Raja baru (Pemuda) bahwa di luar istana ada seorang ibu tua lusuh dan kelaparan yang sedang mencari anaknya yang hilang. Sang Raja kemudian memerintahkan untuk mensedekahkan satu karung beras kepada ibu tua miskin tersebut.

Malam harinya Sang Raja baru itu tidur kembali di kamarnya yang megah dan mewah.Tengah malam, Sang Raja yang asli dengan Para Pembantunya secara diam-diam kembali memindahkan pemuda yang sedang tidur lelap itu kembali ke rumah ibunya.

Esok pagi si ibu sangat gembira karena telah menemukan kembali anaknya yang hilang kemarin. Sebaliknya si Pemuda heran kenapa dia ada disini kembali. Si ibu bercerita bahwa kemarin dia mencarinya kesana-kemari hingga pergi ke istana untuk minta bantuan, dan pulangnya dia diberi oleh Raja sekarung beras. Si Anak segera menyadari bahwa dialah kemarin yang memberi sekarung beras itu.

Kemudian bergegas dia pergi ke istana dan menghadap Raja, dengan lugu dia minta diangkat kembali menjadi raja. Walau cuma sehari .Sang Raja segera menolak dengan mengatakan bahwa waktu/kesempatannya menjadi raja sudah habis.

Si Pemuda tetap memohon,sambil menghiba-hiba Pemuda itu minta hanya sejam saja bahkan beberapa menit saja, tetapi Sang Raja tetap menolak

Sang Pemuda pulang dengan hati penuh penyesalan.Kenapa dia sangat kikir dulu, seandainya dia dermawan maka tidak hanya sekarung beras yang dia kirim tetapi mungkin berton-ton beras yang dia kirim.

~~~

Tahukah akhi/ukhti ?..

Itulah analogi kehidupan kita sekarang. Kelak di akhirat ada orang-orang menyesal. Mereka tidak pernah beramal untuk akhirat. Mereka tidak pernah mengirim beras ( pahala ) yang banyak untuk kampung akhirat mereka.

Mereka meminta kesempatan untuk kembali ke dunia, agar bisa beramal sebaik mungkin... tapi, itu tidak mungkin... karna hidup hanya sekali.

Maka, mari kita optimalkan kehidupan didunia ini yang hanya sekali, untuk ibadah dan kebaikan. Karena kita tidak tau kapan ajal menjemput kita. Bisa saja, hari ini adalah hari terakhir kita... maka, kenapa kita masih saja berbuat dosa, dan masih ragu dan malas tuk beribadah kepada-Nya?

Begitu banyak kasih sayang Allah Tuhan kita, dengan kasih sayang yang berbentuk berbagai peringatan-peringatan yang datang kepada kita.

Ya, Mungkin tulisan ini adalah yang kesekian ribu peringatan kasih sayang-Nya....

Tinggal diri kita,... apakah akan kita abaikan peringatan dan kesempatan itu hingga kesempatan itu habis?

dari http://www.facebook.com/group.php?gid=155193870565

Doa Dikala Ragu Akan Dirinya (Bagi Yang Bimbang Akan Kekasih)

Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

----------------------------------------
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
----------------------------------------

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh

Amin... Ya Rabbal 'Alamin


www.dudung.net

Buku Tamu

ShoutMix chat widget